0
C.H.A.N.G.E
Posted by ardianti lestari aris
on
07.44
Ada beberapa hal yang membuat
manusia berubah. Pernah berbuat kesalahan besar atau mungkin pernah menjadi
kesalahan besar orang lain. Aku pernah merasakan keduanya. Dulu aku sangat suka
bermain dengan mainan masak-masak dan sembunyi-sembunyi, senang memakai rok,
senang berdandan, layaknya anak perempuan lainnya, dulu, sebelum aku menginjak
lantai Sekolah Dasar. Lalu seseorang membuat kesalahan besar padaku, dan
perubahan terjadi. Aku tidak suka lagi pakai rok, tidak suka berdandan, tidak
suka tinggal dirumah, tidak suka lagi permainan masak-masak dan
sembunyi-sembunyi. Aku lebih suka permainan anak laki-laki. Mengejar layangan,
bermain sepeda sampai jatuh dan terluka, bermain karet yang diujungnya diikat
paku bengkok, yang sempat mengenai mataku. Berkelahi dengan teman SD ku. Dan perubahan
itu bertahan sampai SMA, bahkan sampai kuliah. Sampai aku mulai bekerja, lalu
kembali berdandan dengan paksaan dari atasan. Itupun, hanya bedak dan lipbalm.
Sewaktu SMA sampai dua minggu
yang lalu, akupun masih menyukai Hujan, suka bermain gitar, suka bernyanyi di
karaoke, suka berkeliling kota Makassar hanya untuk melihat pemandangan, suka
melihat lampu yang banyak dari ketinggian. Padahal sudah kulakukan kesalahan
besar sebelum itu, namun aku masih suka. Sampai dua minggu lalu, perubahan
terjadi lagi. Entah apa ini yang disebut menyerah atau apalah, aku tidak
mengerti. Tapi sekarang, aku mulai tidak begitu suka dengan hujan. Hujan adalah
konduktor penghantar doa yang baik. Tentu aku suka ketika beramai-ramai hujan
membaahi bumi. Tapi, berada di bawah guyuran hujan, aku tidak lagi suka. Bisa
membuatku basah, membuatku menjadi terlihat jelek karena kebasahan, membuatku
sakit.
Begitupun bermain gitar. Gitar
hanya akan membuat kulit ujung jariku mengelupas dan mengeras. Membuat nya mati
rasa. Aku tidak suka. Bernyanyi di karaoke juga sudah ku tinggalkan. Menghabiskan
uang dan tidak berguna. Hanya membuat waktuku terbuang sia-sia. Menyanyi, tentu
saja aku suka. Tapi bernyanyi di karaoke, aku tidak suka. Hanya membuat kesenangan sementara, sementara yang dikorbankan lebih besar, uang dan waktu. Melihat
pemandangan di tempat yang tinggi pun rasanya sudah malas. Takut, bagaimana
kalau aku jatuh? Akan sakit. Akan Mati. Dan lagi, melihat lampu diketinggian
memang indah, namun ketika turun ke bawah, yang kelihatan indah diatas, hanya
palsu. Yang ada dibawah hanya kemacetan dan rumah-rumah penduduk yang tidak
layak huni. Ini bukan berarti aku adalah bagian orang-orang penghuni Fly Over
yang membuat tata kota jadi tidak menyenangkan. Dulu, dulu sekali aku mulai
menyukai melihat lampu-lampu diketinggian, di atas bukit, tempat teraneh yang
pertama kali kudatangi, walaupun aku tahu, aku bukan orang pertama yang diajak
kesana. Tidak lagi aku suka berkeliling kota sekedar melihat pemandangan. Iya,
pemborosan. Bensin dan waktu. Bukan berarti bahwa aku tidak suka travelling,
aku suka sekali. Mungkin berkeliling dikota Makassar lah yang tidak ku suka.
Jadi, ayo coba mengelilingi kota lain. J
Banyak yang berubah. Dariku, dari
caraku memandang sesuatu, dari caraku berpikir, dari kesukaanku. Hanya satu
yang belum berubah, dan aku harap Allah SWT segera merubahnya. Tepat setelah
kota ini ku tinggalkan. Tepat setelah berhasil aku menemukan kesukaan baru.
Karena tidak berubahnya satu itu benar-benar menyiksa. Benar-benar sulit
dikendalikan. Aku hanya ingin berhenti berusaha, lalu mengikhlaskan semua. Berhenti
menjadi bodoh karena satu itu. Itu saja.
Posting Komentar