0
Tuhan Akan Mendekati mu Dengan Berlari, Jika Kamu Mendekati-Nya dengan Berjalan
Posted by ardianti lestari aris
on
16.04
Hari ini 31 desember 2013, hari
terakhir di bulan Desember. Pagi-pagi sekali aku sudah keluar dari rumah berkat
pertengkaran sudut pandang dengan ayah ibuku semalam. Tidak betah rasanya aku
tinggal dirumah dengan pemikiran-pemikiran yang tidak sesuai denganku dan
dipaksakan. Namun, ini bukan berarti bahwa aku membenci ayah ibu ku. Demi Allah
SWT, rasa sayangku ke mereka melebihi kepada diriku sendiri. Namun, membahas
itu di sini rasanya tidak etis. Aku sedang duduk di dalam sebuah restaurant yang
buka untuk breakfast, sambil melihat hujan deras yang barusaja aku telusuri,
yang menusuk kulit tanganku yang tengah letih mengendarai motor sambil
terkantuk-kantuk. Tidak ada yang menemaniku selain Chicken Muffin dan secangkir
kopi susu hangat. Aku sendirian, dan menurutku saat ini sendirian memang sangat
membantu. Kembali anganku melambung ke belakang, ke 31 desember tahun lalu,
malapetaka yang sebenarnya juga menjadi penolong ku, penolong nya. Menjadikan kami
intropeksi dan mendewasakan kami berdua. Sekarang, aku merasa lebih baik. 31
Desemberku juga tidak akan menjadi malapetaka lagi. In Shaa Allah 31 Desember
ku kali ini akan ku kenang seumur hidupku. Juga akan menjadi cerita bagi
anak-anak ku kelak. Bahwa ibu mereka adalah wanita yang sangat jauh dari kesempurnaan, wanita yang
biasa-biasa saja dengan karunia Allah SWT yang melimpah padanya.
Lalu apa yang special dari 31
desember ku tahun ini? Iya, ini adalah hari pertama ku berhijab. Dan In Shaa
Allah tidak akan ku lepaskan lagi. Mengikuti mode? Pastinya tidak. Ikut-ikutan
karena teman yang lain berhijab? Sangat tidak. Hijab ini bukan keputusan yang
cepat yang aku ambil. Berbulan-bulan, bahkan sejak tahun kemarin dan kemarin
aku mulai merasakan bahwa Allah SWT memanggilku untuk taat. Dimulai dari saat
kuliah, ketika ada tarbiyah di mesjid dan aku merasa tidak enak untuk ikut
karena tidak berhijab. Padahal, aku ingin sekali bergabung dan mendengar ajaran
agama tersebut. Lalu, aku belajar sendiri. Ku buka internet yang menjadi
penghubung pengetahuan dan tempat sharing ilmu. Ku baca artikel-artikel terkait
perempuan dan hijab. Lalu, ku buka social media, ku baca semua status dan tweet
mengenai hijab dan perempuan. Ku lihat kehidupan tenang orang-orang yang
mengenakan hijab. Ku lihat kemampuanku, ku lihat diriku dicermin. Sampai puncaknya
adalah seseorang menyadarkanku untuk kembali membaca Al-Quran dengan artinya.
Ku lakukan, dan di Surah An-Nisa, aku putuskan, bahwa sudahlah, aku berhenti
menjadi orang munafik yang selalu mengatakan tidak siap untuk berhijab dan
menunda ketaatan ku pada Allah SWT. Allah SWT sudah begitu baik padaku, pada
kehidupanku, pada keluargaku. Dan hasilnya, pagi ini ku lihat wajahku dengan
khimar menutupi kepala ku, sedikit terlihat tembem dan gendut, namun tidak
mengurangi kecantikan ku. Malah rasanya sangat senang dan tenang hati dengan
ini. Hanya saja, sepertinya aku butuh sedikit diet. Heheheheh XD
Dengan terurainya khimar ini
menutupi kepalaku, dengan terurainya baju-baju yang menutupi kulitku, maka ku
sematkan dihatiku bahwa hijab ini adalah pengendali sikap, sifat, dan
perasaanku. Hijab ini akan menjadi pengendali terhadap segala sesuatu yang
sifatnya duniawi. Tidak ada lagi pikiran negative, tidak ada lagi prasangka
buruk, tidak ada lagi menangis untuk hal yang sia-sia. Dengan ini, maka aku
adalah manusia yang serendah-rendahnya di mata Allah. Akan ku rendahkan hatiku,
Akan ku ikhlaskan hatiku, akan ku bingkai cintaku kepada laki-laki yang
memberikanku tempat duduk, lalu ku simpan sampai dia menjadi jodoh yang
menemani perjalanan hidupku dan In Shaa Allah Akhirat ku. Jika Allah tidak
menjodohkan kami, maka akan ku persembahkan diriku yang sebaik-baiknya untuk
lelaki yang akan menjadi imamku. Yang akan membimbingku di dunia dan akhirat. Akan
ku cerahkan masa depan ku dengan usaha kerasku, akan ku usahakan harta melimpah di masa depan ku
demi membantu saudara-saudaraku yang membutuhkan, akan ku siapkan diriku untuk
berpengaruh dimasa depan demi orang-orang yang dibawah, yang tidak diperhatikan
oleh siapapun, yang dipandang enteng oleh orang-orang seperti adik-adikku di
jalanan. Akan kusabarkan dan kutabahkan
hatiku dalam setiap cobaan yang menghampiri kehidupanku. Akan ku kuatkan kaki
ku, untuk menopang tubuhku dalam keadaan apapun. Akan ku siapkan diriku untuk
belajar apapun, dan merantau ke kota bahkan Negara orang. Negara yang bahkan
aku pun tidak punya bayangan ada apa disana. Sekarang memang aku bukan apa-apa, bukan
siapa-siapa. Dan aku tidak cukup percaya diri untuk merealisasikan semua kata “Akan”
yang sudah kutuliskan. Namun aku percaya kuasa Tuhan. Dalam semalam, gunungpun
bisa terbalik jika DIA menghendaki. Lalu, apa lagi yang perlu ku khawatirkan?
Aku hanya tinggal melakukannya saja, lalu biarlah Allah yang menentukan
hasilnya. Harapanku, semoga aku adalah salah satu orang yang taat dan beriman
yang dilindungi dan dicintai Allah. Hijab ini, adalah salah satu bentuk taat
ku, yang ku lakukan dengan panggilan hati, dengan pencarian yang panjang, In
Shaa Allah bukan hijab instan yang akan terbang seiring kencangnya angin
berhembus. Aamiin Allahumma Aamiin.
“Ya Allah, Taat yang
ku mau, ketenangan hidup yang ku cari
Rezeki yang ku
usahakan, dan orang-orang yang membutuhkan yang ingin aku tolong,
Termasuk bangsa dan
negaraku,
Ridhai langkah dan
niatku ya Allah. Jikalau mulai hilang niat ini,
dan nantinya ketika
harta mulai menyilaukanku, maka sekeras apapun aku berusaha,
jangan kabulkan doa
ini. AAMIIN”